Me and My Family
Suatu hari
dalam satu kesempatan Mama bercerita, "bapak
datang ke rumah dengan emosi sambil mencari pisau, parang dan benda-benda
tajam. Mama bingung dan takut, sambil menangis membujuk Bapak untuk ingat
dengan nasib anak-anak jika Bapak mereka sampai menjadi pembunuh hanya karena
emosi sesaat."
Bapak
menjunjung tinggi rasa empati, simpati dan kejujuran. Menyebabkan ia di-PHK
karena melaporkan kasus ketidakadilan di tempatnya bekerja. Dunia terlihat
tidak adil memang, orang jujur disingkirkan dan orang zalim bersembunyi
dibalik kekuasaan. Saat itu Bapak benar-benar nekat ingin memberi pelajaran si
empunya ketidakadilan kalau saja rumah yang ia datangi dengan mambawa parang
itu dibuka oleh penghuninya, tetapi Allah masih menyelamatkan. Rumah itu
kosong!
itu
terjadi ketika aku duduk di bangku SMA bermukim di asrama, sedangkan
adik-adikku berada di rumah.
***
Dalam
kesempatan yang lain Bapak bercerita, "alhamdulillah
di umur Bapak yang tidak muda ini Bapak diterima bekerja sebagai pegawai tetap
di perusahaan milik asing yang gajinya jauh lebih tinggi dibanding perusahaan
dahulu, ini rezeki adikmu yang tahun ini masuk Gontor." Senyum Bapak
mengembang lebar.
***
Pukul
00.35 tengah malam. Panggilan lantang dari pengeras suara di bandara mengisyaratkan
penumpang dengan Negara yang dituju untuk segera check-in, tapi belum
nampak wajah keluargaku di sana untuk melepas kepergianku study ke benua
sebrang. Kami memang berangkat ke bandara bersama tapi di tengah jalan tadi ada
macet panjang karena kecelakaan. Khawatir tertinggal pesawat, Bapak menyuruhku
untuk berangkat terlebih dulu dengan menyetop sembarang mobil yang melaju dari arah
yang tidak terjebak macet, meminta tolong untuk diantarkan ke bandara.
Alhamdulillah bertemu orang baik yang ikhlas mengantarkanku ditemani paman
meskipun awalnya sedikit memaksa.
Pada detik-detik akhir penantianku kulihat wajah Bapak dan Mama dengan tergesa menghampiriku yang sudah masuk boarding pass. Aku hanya bisa melambai sambil mengisyaratkan salam perpisahan menahan tangis, terbayang perjuangan panjang hingga sampai pada titik ini.
Pada detik-detik akhir penantianku kulihat wajah Bapak dan Mama dengan tergesa menghampiriku yang sudah masuk boarding pass. Aku hanya bisa melambai sambil mengisyaratkan salam perpisahan menahan tangis, terbayang perjuangan panjang hingga sampai pada titik ini.
***
Aku adalah
anak perempuan satu-satunya dari 4 bersaudara. Sebagai anak pertama aku ikut
merasakan perjalanan hidup kedua orangtuaku, naik turun kehidupan yang mereka
lalui, bahkan tidak jarang Mama dan Bapak curhat masalah keluarga padaku. Moment
yang kulalui dalam keluarga Bapak sedikit banyak mengajarkan arti
perjuangan, pengorbanan dan saling menguatkan. Modal untuk membangun keluargaku
saat ini.
Kutatap
wajah putri pertamaku lekat-lekat, kupeluk erat dan kubisikkan bahwa menjadi
anak pertama adalah hal terindah meski harus ikut merasakan perjuangan bunda dan ayah dari nol. Percayalah nak saat kau dewasa nanti banyak hal berharga
yang akan kau sadari.
Kece emak satu ini,,, ๐
ReplyDeleteIya mak makasih pesan utk anak pertamanya yah,,, ๐๐
Hai.. Anak pertama baik-baik yaaa ๐
Delete